SNMPTN Tahun Depan tanpa Input PDSS Seluruh Siswa  

Nasional | Senin, 30 November 2020 - 09:30 WIB

SURABAYA (RIAUPOS.CO) -- Pelaksanaan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) 2021 sedikit berbeda dengan tahun lalu. Salah satunya, sekolah tidak lagi harus mengisi pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS) seluruh siswa. Lembaga tes masuk perguruan tinggi(LTMPT) akan mengambil dari data pokok pendidikan (dapodik) untuk menentukan kuota masing-masing sekolah. 

Ketua LTMPT Prof Mohammad Nasih mengatakan, LTMPT akan me-launching kebijakan dan peraturan baru SNM PTN pada 4 Januari. Salah satu perubahan sistem tersebut adalah pada pelaksanaan SNM PTN tidak lagi harus menunggu sekolah mengisi semua PDSS siswa. 


"Kalau tahun  lalu, pendaftaran SNM PTN, tahapannya sekolah harus menginput seluruh siswa ke PDSS. Tahun depan, bocorannya sekolah tidak perlu menginput seluruh siswa ke dalam PPDS," katanya. 

Nasih menuturkan, LTMPT akan menggunakan data yang ada di dapodik dan Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN-SM) untuk menentukan jumlah siswa yang eligible masing-masing sekolah dan madrasah. Jadi, nanti masing-masing sekolah akan mendapatkan jumlah kuota siswa yang bisa mendaftar SNM PTN. 

"Kemudian, sekolah tinggal menginput nama siswa yang berhak sesuai dengan kuota yang diterima," ujarnya. 

Dengan begitu, sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan siapa saja siswa yang berhak mendaftar SNM PTN sesuai dengan kuota yang tersedia di sekolah. Contohnya, SMAN 1 kuotanya 50 orang, maka sekolah hanya menginput 50 siswa dengan perangkingan terbaik di sekolahnya. 

"Yang menentukan siswa yang berhak sekolah sendiri. Jadi, hal itu sangat penting untuk kesesuaian data di sekolah dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendilbud)," jelasnya.

Pria yang juga menjabat sebagai rektor Universitas Airlangga (Unair) itu menambahkan, jadwal pelaksanaan SNM PTN saat ini belum dikeluarkan. Rencananya, jika tidak ada aral melintang, launching SNM PTN akan dilakukan pada minggu pertama atau kedua Januari tahun depan.  "Nanti menunggu launching dulu," ujarnya. 

Sementara itu, LTMPT merilis sekolah-sekolah terbaik dengan nilai rata-rata tes potensi skolastik (TPS) UTBK 2020, Sabtu (28/11). Data sekolah dengan nilai rata-rata TPS terbaik tersebut juga diumumkan melalui laman resmi LTMPT. 

"Data sekolah dengan nilai rata-rata UTBK terbaik tersebut dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa masing-masing sekolah," kata dia. 

Nasih menambahkan, data tersebut dapat dimanfaatkan sekolah untuk pengambilan program studi (prodi) siswa ke depan. Sementara, bagi perguruan tinggi negeri (PTN) digunakan sebagai indikator indeks sekolah untuk tujuan penentuan daya tampung. 

"Ya, kami sampaikan daftar 1.000 SMA terbaik berdasarkan nilai UTBK secara nasional," kata dia.

Masih menjelaskan, pelaksanaan UTBK tahun depan kemungkinan akan sama dengan tahun sebelumnya. Saat ini, LTMPT masih menggodok sistem pelaksanaan UTBK 2021.  "Kami masih punya banyak waktu untuk menentukan tempat tes," ujarnya.

Rencananya, lanjut dia, pelaksanaan UTBK tahun depan jenis tes yang diberikan tidak hanya TPS, tetapi akan ditambah tes kompetensi akademik (TKA). Berbeda dengan tahun ini yang hanya TPS saja. 

"TKA adalah faktor yang cukup signifikan untuk mengukur kemampuan keilmuan siswa. Sementara, TPS untuk mengetajui kemampuan berpikir dan general," jelas dia. 

Menurut Nasih, pelaksanaan UTBK 2020 sejatinya menggunakan dua jenis tes. Yakni, TPS dan TKA. Namun, lantaran pandemi Covid-19 dan persiapan yang sangat mepet dengan jadwal UTBK, maka diberlakukan hanya satu jenis tes, yakni TPS. 

"Sekaranh kita punya banyak persiapan lebih awal. Nanti akan diatur pelaksanaannya sesuai protokol kesehatan Covid-19," kata dia. 

Merespon rencana perubahan tersebut, Wasekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Mansur mengatakan, pembatasan kuota ini untuk mengikuti SNMPTN sejatinya sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Bedanya, kuota ditentukan berdasarkan Akreditasi Sekolah. Di mana, untuk sekolah berkreditasi A mendapatkan kuota sebanyak 40 persen, akreditasi B 25 persen, dan sekolah akreditasi C 5 persen.

Angka 40 persen ini, kata dia, dari jumlah siswa yang diinputkan ke pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS). Karenanya, sekolah akan berupaya semaksimal mungkin memasukkan seluruh data siswa kelas XII ke PDSS. "Jadi bisa mendapat kuota maksimal," ujarnya. 

Sayangnya, pengisian data siswa ke PDSS itu pun tidak 100 persen bisa terinput semua. Paling berkisar 90 persen saja. Kebanyakan kasus ini terjadi pada siswa pindahan yang kadang namanya masih terdata di sekolah lama atau server yang suka hang jelang pendaftaran SNMPTN. 

"Kalau nanti ditentutan LTMLT, karena belum tahu mekanisme perhitungannya bisa jadi lebih sedikit kuotanya atau sebaliknya," ungkapnya. 

Menurutnya, penentuan kuota dari Dapodik dan BAN SM sebetulnya mirip dengan metode sebelumnya yang mengacu pada akreditasi. Nantinya, LTMPT bisa melihat jumlah siswa kelas XII dari sekolah dari Dapodik. Kemudian disinkronkan dengan akreditasi sekolah dari BAN SM. "Tapi sekali lagi belum tahu ini rumus perhitungan kuotanya seperti apa," katanya. 

Diakuinya, skema baru akan meringankan pihak sekolah. Sekolah tak perlu lagi memasukkan ratusan data ke PPDS untuk menentukan kuota yang diperoleh. Karena nanti, kuota sudah ditetapkan LTMPT secara mutlak. kemudian, hanya data mereka yang masuk perankingan kuota tersebut yang diupload ke PPDS. "Jadi kalau sistemnya begitu ya memudahkan. kuota 50 ya dimasukkan hanya 50 orang saja ke PPDS," tuturnya. 

Namun yang membebani ialah perankingan siswa. Karena kemungkinan mendapat kuota lebih sedikit dari tahun sebelumnya, tentu menjadi pekerjaan rumah bagi sekolah untuk memberikan penjelasan ke siswanya. Terlebih, SNMPTN merupakan jalur yang paling diidamkan oleh para siswa untuk bisa masuk PTN. Meski, ada dua jalur masuk lainnya, yakni Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan jalur mandiri.  "Mereka merasa SNMPTN itu kesempatan terbaik mereka untuk kuliah," papar Mansur. 

Mansur mengatakan, sekolah selalu kesusahan dalam menentukan siapa saja yang dapat masuk kuota SNMPTN. Apalagi untuk sekolah favorit, di mana hampir seluruh muridnya ingin melanjutkan kuliah ke PTN melalui jalur SNMPTN. 

Dia mencontohkan untuk di wilayahnya. Di SMA 1 Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat tempatnya mengajar, minat siswa mengikuti SNMPTN tinggi. Namun kuota terbatas. Sementara di sekolah lainnya di wilayah tersebut justru sebaliknya, minat siswa tak terlalu tinggi. Sekolah bahkan kesusahan memenuhi kuota yang dimiliki. 

"Karenanya, sebagai saran, apakah bisa ketika kuota sekolah lain yang tidak terpenuhi nantinya dialihkan ke sekolah dengan peminat banyak," ungkap Mansur. 

Selain itu, Mansur juga meminta agar skema baru tersebut segers disosialisasikan oleh LTMPT. Sebab di tahun depan akan banyak sekali tugas sekolah untuk dikejar dan dipahami lebih lanjut. Salah satunya, menganai assessment nasional pengganti ujian nasional.(ayu/mia/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook